Syukur
alhamdulillah
segala
puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpah kan rahmat dan
karunia nya sehingga penulis berhasil menyusun makalah ini yang bertema “Fungsi
pengendalian persediaan terhadap peningkatan keuntungan atau profit PT Siar
Sosro’’. Walaupun dalam proses penyusunan makalah ini penulis mendapat kan
beberapa hambatan dan masalah tetapi dengan bantuan beberapa pihak akhir nya
penulis berhasil menyusun makalah ini.
Makalah ini di buat sebagai tugas kelompok 3 di kelas
D4 TI 1A, semester ganjil dan juga di gunakan
sebagai pelengkap materi diskusi yang akan di laksana kan ketika jam
pelajaran Pengantar Logistik.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karna kritik dan saran
dari pembaca sangat di harap kan dan akan di terima penulis dengan senang hati
demi penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Bandung, 18
November 2013
Daftar Isi
daftar isi 1
bab 1 Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan penulisan 5
1.4 Batasan Masalah 5
bab 2 tinjauan pustaka 6
2.1 Pengertian Teh 6
2.2 Pengertian Bahan Baku 6
2.3 Persediaan 7
2.3.1
Pengertian Persediaan 7
2.3.2
Fungsi Persediaan 7
2.3.3
Jenis Persediaan 8
2.3.4
Biaya Persediaan 8
2.4 Pengendalian Persediaan 10
2.4.1
Pengertian pengendalian Persediaan 10
2.4.2
Faktor Pengendalian ersediaan 10
2.4.3
Faktor Yang Menentukan Besarnya Tingkat Persediaan 11
2.5 Perhitungan Pengendalian Persediaan 12
2.6 Gambaran Umum Perusahaan 13
2.6.1
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 13
2.6.2
Visi
dan Misi Perusahaan 14
2.6.3
Struktur
Organisasi Perusahaan 15
2.7 Produksi Teh 15
2.7.1
Penyediaan Bahan – Bahan Untuk Membuat Teh 15
Bab 3 pembahasan 17
3.1 Perlunya Persediaan Bahan Baku 17
3.2 Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Teh Pada PT. Sinar Sosro 19
3.3 Beberapa Kerugian PT. Sinar Sosro 19
3.4 Beberapa Kelemahan PT. Sinar Sosro 20
3.5 Fungsi Pengendalian Persediaan Terhadap Profit PT. Sinar Sosro 20
Bab 4 kesimpulan dan saran 22
4.1
Kesimpulan 22
4.2
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
perusahaan yang bergerak di bidang industri, baik itu perusahaan besar,
perusahaan menengah, perusahaan kecil sudah tentumempunyai persediaan bahan
baku. Persediaan bahan baku yang ada pada setiap perusahaan tentu berbeda dari
segi jumlah maupun jenisnya, hal ini dimungkinkan karena setiap perusahaan
mempunyai skala produksi dan hasil produksi yang berbeda.
Bahan
baku merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran proses produksi,
sehingga setiap perusahaan harus mempunyai persediaan bahan baku yang cukup
dalam menunjang kegiatan produksi perusahaan. Apabila pasokan bahan baku
tersendat maka kegiatan proses produksi akan terhambat. Terhambatnya proses
produksi tentu akan berpengaruh terhadap tingkat output yang dihasilkan.
Penurunan tingkat output ini tentu akan mempengaruhi tigkat penjualan,
dampaknya perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen. Hal ini pada
akhirnya mempengaruhi laba perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan.
Memprediksi
permintaan secara tepat memang sangat sulit, oleh karena itu perlu direncanakan
sedemikian rupa agar persediaan tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu
kecil. Bila persediaan yang telah ditentukan terlalu besar, maka akan
menghadapi berbagai resiko seperti besarnya beban bunga yang harus ditanggung,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan dan turunnya kualitas bahan, sehingga semua itu akan
memperkecil keuntungan yang akan didapat perusahaan. Demikian pula sebaliknya,
apabila persediaan terlalu kecil, akan mempunyai efek yang menekan keuntungan
juga, karena kemungkinan kekurangan bahan baku mengakibatkan perusahaan tidak
bisa bekerja dengan luas produksi yang optimal (Sutrisno, 2003:96).
Pada
perusahaaan industri, persediaan barang baku merupakan hal yang sangat penting
untuk proses produksi, oleh karena itu perusahaan harus dapat menetapkan
besarnya persediaan bahan baku yang optimal dan dapat menekan biaya persediaan
agar proses produksi tetap bisa berjalan dengan lancar. Maka haruslah
diperhatikan berbagai faktor yang terkait dalam pengadaan dan penyimpanan bahan
baku. Penentuan dan pengelompokkan biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan
persediaan perlu mendapat perhatian yang khusus dari pihak manajemen dalam
mengambil keputusan yang tepat.
Pengendalian
persediaan merupakan hal penting bagi perusahaan, karena kegiatan ini dapat
membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan uang dalam persediaan.
Namun tidak berarti akan dapat melenyapkan sama sekali resiko yang timbul
akibat adanya persediaan yang terlalu besar dan terlalu kecil, melainkan hanya
berusaha mengurangi risiko tersebut. Jadi dalam pengendalian persediaan dapat
membantu mengurangi terjadinya risiko menjadi sekecil mungkin.
PT
Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol
yang pertama di Indonesia dan di dunia. Semua produk yang dijual dan
didistribusikan oleh PT.Sinar Sosro diproduksi di Indonesia.Sampai dengan Tahun
2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar Sosro telah memliki 10 pabrik
yang tersebar di beberapa wilayah Nusantara.
Berdiri
pada tahun 1974, PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap minum
dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia.Semua produk yang
dijual dan didistribusikan oleh PT.Sinar Sosro diproduksi di Indonesia. Sampai
dengan Tahun 2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar Sosro telah memliki
10 pabrik yang tersebar di beberapa wilayah Nusantara.
Selain
itu, produk PT. Sinar Sosro sudah merambah pasar Internasional dengan upaya
mengekspor produk-produk dalam kemasan kotak dan kaleng ke beberapa Negara
seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, sebagian Timur Tengah, Afrika,
Australia, dan Amerika.
Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan minuman ini adalah teh, air, dan gula,. Bahan baku tersebut harus
cukup tersedia agar produksi minuman ini tidak terhambat dan permintaan
konsumen selalu terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu diperlukan adanya
pengendalian persediaan agar persediaan bahan baku tersebut tidak kekurangan
ataupun kelebihan. Kekurangan maupun kelebihan persediaan dapat berakibat
pemborosan atau tidak efisien, dan berpengaruh terhadap keuntungan atau profit
yang akan diterima perusahaan.
Berdasarkan
uraian diatas , maka penulis tertarik untuk memilih judul “Fungsi Pengendalian
Persedian terhadap Peningktan Keuntungan atau Profit PT Sinar Sosro”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
masalah dalam pengendalian perediaan bahan baku adalah menetapkan besarnya
persediaan bahan baku dan jadwal pemesanan agar proses produksi berjalan lancer
serta biaya pemesanan dan biaya penyimpanan seefisien mungkin. Sehubungan
dengan maksud tersebut maka yang akan diteliti oleh penuis adalah:
1.
Bagaimana pengendalian
persediaan bahan baku dalam perencanaan produksi Teh Botol Sosro di PT Sinar
Sosro?
2.
Bagaimanakah pengaruh
pengendalian persediaan bahan baku terhadap kelancaran proses produksi ?
3.
Permasalahan-permasalahan
yang terjadi jika perusahaan tidak melakukan pengendalian persediaan bahan baku
?
4.
Apa fungsi pengendalian
persediaan terhadap peningkatan keuntungan atau profit bagi PT Sinar Sosro?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengendalian persediaan bahan baku minuman teh yang dilakukan oleh
PT Sinar Sosro
2.
Mengetahui pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap kelancaran proses
produksi PT Sinar Sosro
3.
Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi jika PT Sinar Sosro tidak melakukan
pengendalian persediaan bahan baku.
4.
Mengetahui fungsi pengendalian persedian terhadap peningkatan keuntungan atau profit
PT Sinar Sosro
1.4 Batasan Masalah
Untuk
menghindari melebarnya bahasan dari tujuan yang ingin diambil, maka dibuat
batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1.
Penulisan makalah ini
difokuskan pada pengendalian persediaan bahan baku dan persediaan produk Teh
Botol Sosro.
2.
Perhitungan dalam makalah
ini menggunakan rumus EOQ.
3.
Dalam penulisan makalah
ini aspek biaya diabaikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Teh
Teh adalah minuman yang
mengandung kafein,
sebuah infusi yang dibuat
dengan cara menyeduh daun,
pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis
dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam,
teh oolong,
teh hijau,
dan teh putih.
Istilah
"teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah,
rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan
dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh
merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan
dengan kadar lemak, karbohidrat
atau protein
mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan
kenikmatan tersendiri dari teh.
2.2 Pengertian Bahan Baku
Menurut
Prawirosentono (2001:61), bahan baku (bahan mentah) adalah bahan utama dari suatu produk
atau barang, sedangkan bahan baku penolong merupakan bahan yang menolong
terciptanya suatu barang. Contohnya kulit binatang merupakan bahan baku
utama dari suatu perusahaan pembuat sepatu, sedangkan lem atau paku merupakan
bahan penolong. Bahan
baku juga dapat diartikan sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi
yang jumlahnya sedikit, dan bahan penolong adalah bahanbahan yang tidak masuk dalam ingredient produk
tetapi digunakan dalam proses produksi.
Contohnya pada industri roti bahan bakunya tepung dan bahan tambahannya adalah ragi
(Apriyantono dkk, 2007:10).
Departemen
Agama R.I (2003:154) juga menyatakan hal yang sama dengan Apriyantono mengenai arti
bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong, tetapi yang sedikit
membedakannya adalah contoh dari bahan-bahan tersebut. Menurut Departemen Agama
R.I contoh bahan baku dalam industri roti adalah tepung terigu dan lemak (shortenig),
sedangkan bahan tambahan dalam industry roti adalah ragi untuk
mengembangkan roti dan bahan perasa. Contoh bahan penolong adalah pada
industri minuman dalam kemasan digunakan bahan penyaring karbon aktif
sebagai bahan penolong dalam proses penghilangan bau (deodorizing).
2.3 Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
Shore
(1973) dalam Zulfikarijah (2005:4) mendefinisikan bahwa persediaan sebagai sumberdaya
menganggur yang memiliki nilai potensial, definisi tersebut memasukkan perlengkapan
dan tenaga kerja yang menganggur sebagai persediaan. Berbeda
dengan Margaretha (2004:145) yang menyatakan bahwa persediaan adalah
sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi,
bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga
kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen
setiap waktu.
Persediaan
juga dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi
atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang
dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang (Herjanto, 2007:237).
2.3.2. Fungsi Persediaan
Tampubolon
(2004:190), menyatakan bahwa fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi Decoupling
Fungsi
decoupling merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple,
dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah.
Sebagai contoh; perusahaan manufaktur mobil, skedul perakitan mesin (engine
assembly) dipisah dari skedul perakitan tempat duduk.
2.
Fungsi Economic Lot Sizing
Fungsi
economic lot sizing adalah fungsi perusahaan untuk mengadakan penyimpanan persediaan
dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian
bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta
didukung kapasitas gudang yang memadai
3.
Fungsi Antisipasi
Fungsi
antisipasi merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika
sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau
laveransir.
2.3.3 Jenis Persediaan
Rangkuti
(2000:14), menyatakan bahwa jenis persediaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Persediaan bahan mentah (raw material) Persediaan bahan mentah (raw
material), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi,
kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses
produksi.
2.
Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components) Persediaan
komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan
lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.
Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) Persediaan bahan pembantu
atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
4.
Persediaan barang dalam proses (work in process) Persediaan barang dalam
proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran
dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi
suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses
lebih lanjut menjadi barang jadi.
5.
Persediaan barang jadi (finished goods) Persediaan barang jadi (finished
goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses
atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada
langganan.
2.3.4 Biaya Persediaan
Menurut
Tampubolon (2004:194) biaya persediaan terdiri dari:
1.
Biaya penyimpanan (Holding
costs atau carrying costs)
Biaya
penyimpanan merupakan biaya yang timbul di dalam menyimpan persediaan, di dalam
usaha mengamankan persediaan dari kerusakan, keusangan atau keausan,
dan kehilangan. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan
adalah sebagai berikut:
a.
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya).
b.
Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternatif pendapatan
atas dana
yang diinvestasikan dalam persediaan.
c.
Biaya keusangan.
d.
Biaya penghitungan fisik.
e.
Biaya asuransi persediaan.
f.
Biaya pajak persediaan.
g.
Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan.
h.
Biaya penanganan persediaan.
2.
Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs)
Biaya pemesanan
adalah biaya-biaya yang timbul selama proses pemesanan sampai barang tersebut
dapat dikirim pemasok. Biaya-biaya yang termasuk biaya pemesanan adalah
sebagai berikut:
a.
Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b.
Upah
c.
Biaya telepon
d.
Pengeluaran surat menyurat
e.
Biaya pengepakan dan penimbangan
f.
Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g.
Biaya pengiriman ke gudang
h.
Biaya utang lancar
3.
Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost
Biaya penyiapan
merupakan biaya-biaya yang timbul di dalam menyiapkan mesin dan peralatan untuk
dipergunakan dalam proses konversi. Biaya-biaya yang termasuk biaya
penyiapan adalah sebagai berikut:
a.
Biaya mesin-mesin menganggur
b.
Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c.
Biaya penjadwalan
d.
Biaya ekspedisi
4.
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock out)
Biaya kehabisan
atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul akibat kehabisan persediaan
karena kesalahan perhitungan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan
bahan adalah sebagai berikut:
a.
Kehilangan penjualan
b.
Kehilangan langganan
c.
Biaya pemesanan khusus
d.
Biaya ekspedisi
e.
Selisih harga
f.
Terganggunya operasi
g.
Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial

2.4 Pengendalian Persediaan
2.4.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Assauri
(2004:176) menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi persediaan komponen rakitan (parts), bahan
baku, dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran
produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan
dengan efektif dan efisien. Menurut Aminudin (2005:146), pengendalian
persediaan merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan
digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu.
Pengendalian
persediaan juga dapat diartikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan t ingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah
persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan.
Pengendalian persediaan menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat
dalam kuantitas dan waktu yang tepat (Herjanto, 2007:237).
2.4.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Assauri
(2004:177) menyatakan bahwa tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapatlah
dinyatakan sebagai usaha untuk:
1.
Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan sehingga kegiatan produksi tidak terhenti.
2.
Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan,
sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3.
Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan
menjadi besar.
2.4.3 Faktor yang menentukan besarnya tingkat
persediaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya tingkat persediaan perlu diketahui
guna menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan barang yang optimal. Menurut Muslich
(2000:122), faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Biaya persediaan barang (Inventory Costs)
Biaya
yang berkaitan dengan pemilikan barang dapat dibedakan ke dalam:
a. Holding atau Carrying Costs, yaitu biaya yang dikeluarkan karena memelihara barang atau opportunity
costs karena melakukan investasi dalam barang dan bukan investasi lainnya.
b. Ordering Costs, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk memesan barang dari
supplier.
c. Stock-Out Costs, yaitu biaya yang
timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan.
2.
Jumlah permintaan barang oleh pembeli.
Jika
permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan berapa kebutuhan barang
dalam suatu periode. Kebutuhan barang dalam periode inilah yang harus
dapat dipenuhi oleh perusahaan.
3. Lead time.
Lead time adalah lama
penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba.
4. Backlogging.
Backlogging yaitu
menunda pemenuhan pesanan dari pembeli.
5.
Diskonto.
Dengan
menerima diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar total biaya persediaan barang akan
berkurang. Tetapi pembelian dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya
penyimpanan atau holding costs.
Sedangkan 14 pembelian kurang dari
jumlah minimum tidak memperoleh diskonto, tetapi biaya pesanan akan
meningkat.
Berbeda
dengan Prawirosentono (2001:71) yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang menentukan besarnya
tingkat persediaan adalah sebagai berikut:
1.
Perkiraan pemakaian bahan
Penentuan
besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan
tersebut dalam suatu periode produksi tertentu.
2.
Harga bahan
Harga
bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya
persediaan yang harus diadakan. Harga bahan ini bila dikalikan dengan
jumlah bahan yang diperlukan merupakan kebutuhan modal yang harus
disediakan untuk membeli persediaan tersebut.
3.
Biaya persediaan
Terdapat
beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan. Adapun jenis biaya
persediaan adalah biaya pemesanan (biaya order) dan biaya penyimpanan bahan
gudang.
4.
Waktu menunggu pemesanan (lead time)
Waktu
menunggu pemesanan (lead time) adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan
dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang. Waktu tenggang
ini merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan agar
barang/bahan yang dipesan datang tepat pada waktunya.
2.5 Perhitungan Pengendalian Persediaan
Macam-macam
perhitungan yang ada di dalam pengendalian persediaan antara lain:
1.
EOQ ( Economic Order Quantity )
EOQ
(Economic Order Quantity) adalah jumlah unit barang atau bahan yang harus dipesan setiap
kali mengadakan pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan
pengadaan persediaan minimal dan berarti pula jumlah unit pembelian
yang optimal (Margaretha, 2004:149).
Kelebihan
EOQ (Economic Order Quantity) adalah mudah dalam penggunaannya (Herjanto,
2007:245). EOQ (Economic Order Quantity) digunakan untuk
menentukan kuant itas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya
langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse
cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2000:339). Asumsi-asumsi yang harus
diperhatikan dalam penggunaan EOQ (Economic
Order Quantity) adalah sebagai berikut (Handoko,
2000:341):
1.
Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).
2.
Harga per unit produk adalah konstan
3.
Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan
4.
Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan
5.
Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L) adalah konstan.
6.
Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”.
2. Safety Stock
Safety Stock adalah
persediaan pengaman apabila penggunaan persediaan melebihi dari perkiraan
(Rangkuti, 2000:11).
3.
Reorder Point
Reorder Point adalah
titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan, sehubungan
dengan adanya lead time dan safety stock (Rangkuti,
2000:11).
2.6 Gambaran Umum Perusahaan
2.6.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Tahun
1940 keluarga Sosrodjojo memulai bisnisnya, produk yang dijual saat itu adalah
teh kering dengan merk Teh Cap Botol yang dipasarkan di Jawa Tengah.Tahun 1953
usahanya diperluas hingga ke ibukota Jakarta. Perjalanan memperkenalkan produk
Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi cicip rasa (product
sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta.
Awalnya,
datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak
dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh
tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Tetapi cara ini kurang
berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya
terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar
menunggu.
Cara
kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan kedalam
panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil
bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa,
sebagian besar tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar. Hal ini disebabkan
pada saat tersebut jalanan di kota Jakarta masih berlubang dan belum sebagus
sekarang.
Akhirnya
muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas kedalam
botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung
karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya
dimasak seperti cara sebelumnya.
Pada
tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea)
dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO yang
merupakanpabrik teh siap minum dalam
kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.
Seiring
dengan perkembangan bisnis perusahaan, maka sejak Tanggal 27 November 2004, PT
SINAR SOSRO dan PT GUNUNG SLAMAT bernaung dibawah perusahaan induk (holding
company) yakni PT ANGGADA PUTRA REKSO MULIA (Grup Rekso).
2.6.2 Visi dan Misi Perusahaan.
1.
VISI :
PT Sinar Sosro
sebagai perusahaan besar dan pemimpin pasar di industri minuman
teh siap saji memiliki
suatu visi besar untuk kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang, yaitu menjadi “total beverage
company” menjadi perusahaan minuman yang dapat melepaskan dahaga konsumen kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua pihak
yang terkait.
2.
MISI
:
Misi suatu
perusahaan adalah tujuan atau (purpose) yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan yang lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasinya.
Secara ringkas, misi menguraikan produk, pasar dan bidang
teknologi yang digarap perusahaan yang mencerminkan
prioritas dari pengambilan keputusan
strateginya.
Misi
yang ingin dicapai oleh PT Sinar
Sosro adalah :
1.
Membangun merek sosro
sebagai merek yang alami, berkualitas dan unggul.
2.
Melahirkan merek dan
produk minuman baru, baik yang berbasis teh maupun non teh dan menjadikan
pemimpin pasar.
3.
Memimpin dan membangun
jaringan distribusi.
4.
Menciptakan dan
memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang dalam volume penjualan
maupun menciptakan lapangan pelanggan.
5.
Membangun sumber daya
manusia dan melahirkan pemimpin sesuai dengan nilai-nilai utama perusahaan.
6.
Memberikan kepuasan
kepada para pelanggan,
7.
Menyumbang devisa Negara
2.6.3
Struktur Organisasi Perusahaan.
Struktur
organisasi PT Sinar Sosro berbentuk gabungan lini dan fungsional, dimana
kebijakan dan wewenang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pimpinan setiap departemen dapat
memberikan perintah kepada semua staf dan anggota yang ada sesuai dengan bidang
kerjanya. Struktur organisasi ini dibuat perusahaan agar koordinasi dari
masing-masing bagian berjalan lancar dan mempermudah pegendalian, sehingga
kesatuan akivitas perusahaan dapat lebih terarah dan dapat mempermudah
pencapaian tujuan perusahaan. Bagan struktur PT Sinar Sosro :

2.7 Produksi Teh
2.7.1 Penyediaan Bahan-bahan untuk Pembuatan Teh
Bahan
baku pembuatan Teh Botol Sosro Sendiri adalah sebagai berikut :
1. TEH
Bahan baku teh
untuk produk-produk PT. SINAR SOSRO disuplai oleh PT. GUNUNG SLAMAT, sedangkan
bahan baku teh tersebut dikelolah oleh PT. AGRO PANGAN selaku sister company.
Bahan baku teh untuk PT. Sinar Sosro berasal dari:
• Perkebunan Teh Gunung Rosa di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Rosa di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Manik di
Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Cempaka di
Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Satria di
Garut
• Perkebunan Teh Daerah Neglasari di
Garut
• Perkebunan Teh Daerah Cukul di
Pangalengan
• Perkebunan Teh Daerah Sambawa di
Tasikmalaya
2.
AIR
Bahan Baku air
sendiri diperoleh dari dalam negeri yaitu dibawah tanggung jawab dari REKSO
(Holding Company) sebagai induk perusahaan yang berkedudukan di Jakarta.Dimana
didalam memenuhi bahan baku ini pihak dari REKSO bekerjasama dengan para
supplier air yang ada didalam negeri.
3.
Gula Industri
Bahan baku gula
industri sendiri didapatkan dari supplier dari luar negeri, gula yang dimaksud
disini adalah gula industri yang memiliki kualitas yang sangat tinggi dimana
pihak dari PT.Sinar Sosro sangat memperhatikan kualitas dari produknya dan gula
industri merupakan jawabanya, karena gula ini beda dengan gula seperti yang
biasanya,gula industri ini memiliki rasa sensitivitas yang tinggi, yaitu
apabila gula ini digunakan lebih dalam takaran didalam pembuatan Teh Botol
Sosro maka rasa yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.Oleh
karena itu pihak dari PT.Sinar Sosro sangat memprioritaskan kualitas.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perlunya
Persediaan Bahan Baku
Persediaan
bahan baku di dalam perusahaan adalah hal yang sangat wajar untuk dikendalikan
dengan baik. Setiap perusahaan yang menghasilkan produk (perusahaan-perusahaan
yang menyelenggarakan proses produksi) akan memerlukan persediaan bahan baku.
Baik disengaja maupun tidak disengaja, baik perusahaan tersebut perusahaan
kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar. Namun demikian, cara
penyelenggaran persediaan bahan baku ini akan berbeda-beda untuk setiap
perusahaan-perusahaan tersebut, baik dalam hal jumlah unit dari persediaan bahan
baku yang ada di dalam perusahaan, maupun manajemen ataupun pengelolaan dari
persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Pada
umumnya, bagi perusahaan besar dan sebagian dari perusahaan menengah, persediaan
bahan baku ini akan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Persiapan-persiapan
untuk mengadakan penyelenggaraan persediaan bahan baku ini akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, sehingga persediaan bahan baku yang ada di dalam
perusahaan yang bersangkutan akan benar-benar dapat menunjang pelaksanaan
proses produksi dalam perusahaan dengan seefisien mungkin. Dalam
penyelenggaraan persediaan bahan baku akan diusahakan agar bahan baku yang ada
di dalam perusahaan akan dapat mempunyai biaya persediaan yang serendah
mungkin.
Apapun
keadaan suatu perusahaan pada prinsipnya seluruh perusahaan-perusahaan yang
melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk
kelangsungan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Beberapa hal yang
menyebabkan perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan baku antara lain
sebagai berikut :
a.
Bahan baku yang akan
dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dari perusahaan tidak akan dapat
dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan
serta pada saat bahan tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi
perusahaan. Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam suatu jumlah
unit tertentu, dimana jumlah tersebut akan dipergunakan untuk menunjang
pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan dalam beberapa waktu tertentu
pula ( misalnya beberapa hari, minggu, bulan dan lain sebagainya). Dengan
keadaan semacam ini maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan dalam
perusahaan namun belum dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi akan
dianggap sebagai persediaan bahan baku.
b.
Apabila terdapat keadaan
bahwa bahan baku yang diperlukan tidak ada di dalam perusahaan atau tidak
mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan untuk didatangkan
ke dalam perusahaan belum datang, maka pelaksanaan kegiatan proses produksi
akan terganggu karenanya. Ketiadaan bahan baku dalam perusahaan ini akan
mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi, terutama pada mesin dan
peralatan produksi yang langsung memproses bahan baku tersebut. Di dalam waktu
berikutnya maka mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk
tahap-tahap proses kedua, ketiga dan seterusnya juga akan mengalami kemacetan
karena tahap pertama yang lansung mengolah bahan baku tersebut tidak mempunyai
keluaran lagi. Proses produksi akan dapat berjalan lancar kembali apabila bahan
baku yang diperlukan oleh perusahaan tersebut sudah tersedia untuk diproses.
Pengadaan bahan baku dalam keadaan tersebut dapat saja terjadi apabila bahan
baku yang dipesan perusahaan datang atau perusahaan yang bersangkutan
mengadakan pembelian kepada penjual atau leveransir bahan baku lain, atau
mengadakan pembelian mendadak dengan jumlah yang lebih kecil. Cara ini bisa
dilaksanakan dengan jalur keadaan normal tersebut tentunya tidak akan menambah
keuntungan perusahaan melainkan akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
c.
Untuk menghindarkan diri
dari keadaan kekurangan bahan baku tersebut, manajemen perusahaan dapat saja
memutuskan untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku di dalam jumlah unit
yang cukup banyak. Namun demikian, persediaan bahan baku yang cukup besar dalam
suatu perusahaan akan membawa berbagai macam akibat yang akan merugikan
perusahaan pula. Persediaaan bahan baku yang diselengarakan di dalam jumlah
yang cukup besar akan mengakibatkan terjadinya biaya-biaya persediaan bahan
yang besar pula. Besarnya biaya persediaan akan mengurangi keuntungan yang
seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan. serta risiko kerusakan bahan akan semakin
tinggi.
Sehingga,
bisa disimpulkan bahwa penyelenggaraan kegiatan operasi dari perusahaan pada
umumnya tidaklah mungkin terlaksana apabila perusahaan yang bersangkutan tidak
mempunyai persediaan bahan baku. Namun, persediaan bahan baku yang terlalu besar
maupun dalam jumlah yang sekecil-kecilnya masing-masing akan tetap menjadi
factor kerugian di dalam perusahaan. Sehingga, pengendalian persediaan bahan
baku dalam perusahaan memang penting dilakukan.
3.2 Metode Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Teh Pada PT Sinar Sosro
Saat ini PT Sinar Sosro melakukan pengendalian persediaan bahan baku
teh dengan adanya persediaan minimal di gudang sebesar 40 persen dari kebutuhan
bahan baku dalam tempo waktu sebulan. Selain itu PT Sinar Sosro juga juga telah
menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok bahan baku, sehingga kebutuhan bahan
baku pembuatan minuman teh akan terus terpenuhi. Frekuensi pemesanan bahan baku
dalam setahun dilakukan sebanyak 12 kali untuk air dan teh, sedangkan untuk
gula dilakukan sebanyak sebanyak 24 kali.
3.3
Beberapa Kerugian yang akan Dapat Diderita
oleh PT Sinar Sosro Sehubungan dengan Penyelenggaraan Persediaan Bahan Baku
yang Terlalu Besar antara lain:
a.
Biaya penyimpanan atau
pergudangan yang akan menjadi tanggungan perusahaan menjadi semakin besar.
Biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan oleh PT SInar Sosro tidak hanya sewa
gudang atau pemeliharaan gudang saja, melainkan akan mencakup beberapa aspek lain.
b.
Penyelenggaraan
persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berarti harus mempersiapkan dana
yang cukup besar pula untuk mengadakan pembelian bahan. Dengan semakin besarnya
jumlah unit bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan berarti dana yang
terikat di dalam investasi bahan baku tersebut menjadi semakin besar pula.
c.
Tingginya biaya
penyimpanan yang ada di dalam perusahaan serta investasi di dalam persediaan
bahan baku dari perusahaan akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk
pembiayaan dan investasi dalam bidang-bidang yang lain. Dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa jumlah unit perseidaan bahan baku yang terlalu tinggi justru
akan menjadi penghalang dari kemajuan bagi perusahaan.
d.
Apabila persediaan bahan
baku yang disimpan di dalam perusahaan yang bersangkutan mengalami kerusakan
atau mempunyai perubahan-peruabahan kimiawi sehingga tidak dapat dipergunakan,
maka kerugian perusahaan akan menjadi semakin besar dengan semakin besarnya
jumlah unit bahan baku yang disimpan dalam perusahaan.
e. Apabila
PT Sinar Sosro mempunyai persediaan bahan baku yang sangat besar, maka
terjadinya penurunan harga pasar akan merupakan suatu kerugian yang tidak
sedikit di dalam perusahaan. Walaupun di dalam hal ini dapat saja terjadi
kenaikan harga pasar dari bahan tersebut, dimana hal ini dapat menguntungkan
bagi perusahaan.
3.4 Beberapa Kelemahan apabila PT Sinar Sosro
Menyelengarakan Persediaan Bahan Baku dalam Jumlah
Unit yang Sedikit atau Kecil antara lain:
a.
Persediaan bahan baku
dalam jumlah yang kecil kadang-kadang tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan
untuk pelaksanaan proses produksi. Untuk menjaga kelangsungan palaksanaan
proses produksi maka pada umumnya manajemen perusahaan akan mengadakan
pembelian dalam jumlah yang mendadak, sehingga harga beli dari bahan baku
terebut menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pembelian normal.
Apabila hal ini terus berlangsung dalam jangka lama maka kemungkinan akan
sangat merugikan perusahaan.
b.
Apabila perusahaan
seringkali kehabisan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksinya, maka
pelaksanaan proses prosuksi dalam perusahaan tidak dapat berjalan lancar.
Sebagai akibatnya adalah kualitas dan kuantitaas dari produk akhir yang
dihasilkan perusahaan menjadi sering berubah pula. Demikian pula dengan mesin
dan peralatan produksi yang dipergunakan pada tahap pertama proses dimana bahan baku tersebut masuk proses akan
mengalami penggunaan yang tidak teratur, karena sering terjadinya ketiasaan
bahan baku dalam perusahaan. sebagai akibat penggunaan mesin dan peralatan
proses produksi yang tidak teratur maka umur ekonomis dari mesin dan peralatan peroduksi tersebut akan menjadi
berkurang, sedangkan produktivitas mesin dan perlatan prosuksi ini menjadi
semakin rendah.
c.
Persediaan bahan baku dalam perusahaan rata-rata
jumlah unitnya relative kecil akan mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku
akan menjadi semakin besar. Seiring dengan bertambahnya besar frekuensi
pembelian bahan baku dalam perusahaan tersebut, maka biaya pemesanan bahan baku
untuk perusahaan menjadi semakin tinggi pula.
Dengan melihat
beberapa kelemahan di atas, maka kiranya cukup jelas bahwa semua jenis bahan
baku dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan haruslah
diselenggarakan persediaannya sehingga, proses produksi tidak akan terganggu
karena kehabisan bahan baku.
3.5 Fungsi pengendalian persediaan terhadap peningkatan
keuntungan atau profit PT Sinar Sosro.
Sebagaimana telah
diuraikan diatas bahwa diantara pengendalian persediaan dan peningkatan
keuntungan atau profit berhubungan sangatlah erat. Pengendaian persediaan
sangatlah penting demi kelancaran proses produksi. Pengendalian persediaan ini
dimaksud agar bahan baku tidak berlebih maupun kurang. Yang mana apabila proses
produksi berjalan lancar, perusahaan (PT Sinar Sosro) tidak akan mengeluarkan
biaya tambahan untuk proses produksi, selain itu juga apabila proses produksi
berjalan dengan lancar dapa memenuhi permintaan pasar. Dengan terpenuhinya
permintaan pasar tersebut, dapat meningkatkan keuntungan atau profit untuk
perusahaan.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penyelenggaraan persediaan
bahan baku dalam hal ini pengendalian bahan baku sangatlah penting demi
kelancaran proses produksi. Dikarenakan bahan baku merupakan unsur produksi
yang sangat penting maka keberadaan persediaaan bahan baku termasuk pengendalinnya
harus diperhatikan. Tidak boleh berlebih dan berkurang. Sebab, dengan
persediaan bahan baku yang berlebih menimbulkan biaya yang besar yang dalam hal
ini akan mengurangi keuntungan atau profit
perusahaan. Begitu juga dengan persediaan bahan baku yang kurang selain
akan menghambat proses produksi juga kemungkinan akan menimbulkan biaya
pembelian bahan akan membesar. Dikarenakan pembelian tidak dilakukan secara
normal yaitu lebih mahal dari harga normalnya. Sehingga, hal ini juga akan
menimbulkan biaya yang lebih besar dan mengurangi keuntungan atau profit
perusahaan.
4.2 Saran
Sehubungan
dengan penyelenggaraan persediaan bahan baku hendaknya tiap manajemen
perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil kiranya mempertimbangkan beberapa
hal di bawah ini agar proses produksi dapat berjalan lancar dan pencapaian
tujuan perusahaan khususnya keuntungan atau profit bisa tercapai. Yaitu:
a. Berapa besarnya jumlah unit persediaan bahan
baku yang akan diselenggarakan dalam perusahaan.
b. Kapan
dan berapa jumlah unit bahan baku akan dibeli oleh perusahaan.
c. Kapan
perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengadakan pembelian kembali,
apabila persediaan bahan baku
dalam perusahaan dirasakan sudah habis.
Jika hal di atas telah dipertimbangkan
maka kemungkinan risiko yang muncul akan berkurang bahkan bisa hilang termasuk
proses produksi bisa berjalan lancar dan perolehan laba yang maksimal.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar