Menu

Minggu, 24 Mei 2015

Contoh Makalah Logistik

KATA PENGANTAR
           
Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpah kan rahmat dan karunia nya sehingga penulis berhasil menyusun makalah ini yang bertema “Fungsi pengendalian persediaan terhadap peningkatan keuntungan atau profit PT Siar Sosro’’. Walaupun dalam proses penyusunan makalah ini penulis mendapat kan beberapa hambatan dan masalah tetapi dengan bantuan beberapa pihak akhir nya penulis berhasil menyusun makalah ini.
Makalah ini di buat sebagai tugas kelompok 3 di kelas D4 TI 1A, semester ganjil dan juga di gunakan  sebagai pelengkap materi diskusi yang akan di laksana kan ketika jam pelajaran Pengantar Logistik.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karna kritik dan saran dari pembaca sangat di harap kan dan akan di terima penulis dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.




                                                                                    Bandung, 18 November 2013




Daftar Isi

daftar isi1
bab 1 Pendahuluan3
1.1  Latar Belakang3
1.2  Rumusan Masalah4
1.3  Tujuan penulisan5
1.4  Batasan Masalah5
bab 2 tinjauan pustaka6
2.1  Pengertian Teh6
2.2  Pengertian Bahan Baku6
2.3  Persediaan7
2.3.1        Pengertian Persediaan7
2.3.2        Fungsi Persediaan7
2.3.3        Jenis Persediaan8
2.3.4        Biaya Persediaan8
2.4  Pengendalian Persediaan10
2.4.1        Pengertian pengendalian Persediaan10
2.4.2        Faktor Pengendalian ersediaan10
2.4.3        Faktor Yang Menentukan Besarnya Tingkat Persediaan11
2.5  Perhitungan Pengendalian Persediaan12
2.6  Gambaran Umum Perusahaan13
2.6.1        Sejarah dan Perkembangan Perusahaan13
2.6.2        Visi dan Misi Perusahaan 14
2.6.3        Struktur Organisasi Perusahaan 15
2.7  Produksi Teh15
2.7.1        Penyediaan Bahan – Bahan Untuk Membuat Teh15
Bab 3 pembahasan17
3.1 Perlunya Persediaan Bahan Baku17
3.2 Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Teh Pada PT. Sinar Sosro19
3.3 Beberapa Kerugian PT. Sinar Sosro19
3.4 Beberapa Kelemahan PT. Sinar Sosro20
3.5 Fungsi Pengendalian Persediaan Terhadap Profit PT. Sinar Sosro20
Bab 4 kesimpulan dan saran22
4.1         Kesimpulan22
4.2         Saran22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri, baik itu perusahaan besar, perusahaan menengah, perusahaan kecil sudah tentumempunyai persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku yang ada pada setiap perusahaan tentu berbeda dari segi jumlah maupun jenisnya, hal ini dimungkinkan karena setiap perusahaan mempunyai skala produksi dan hasil produksi yang berbeda.
Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran proses produksi, sehingga setiap perusahaan harus mempunyai persediaan bahan baku yang cukup dalam menunjang kegiatan produksi perusahaan. Apabila pasokan bahan baku tersendat maka kegiatan proses produksi akan terhambat. Terhambatnya proses produksi tentu akan berpengaruh terhadap tingkat output yang dihasilkan. Penurunan tingkat output ini tentu akan mempengaruhi tigkat penjualan, dampaknya perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi laba perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
Memprediksi permintaan secara tepat memang sangat sulit, oleh karena itu perlu direncanakan sedemikian rupa agar persediaan tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Bila persediaan yang telah ditentukan terlalu besar, maka akan menghadapi berbagai resiko seperti besarnya beban bunga yang harus ditanggung, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan dan turunnya kualitas bahan, sehingga semua itu akan memperkecil keuntungan yang akan didapat perusahaan. Demikian pula sebaliknya, apabila persediaan terlalu kecil, akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena kemungkinan kekurangan bahan baku mengakibatkan perusahaan tidak bisa bekerja dengan luas produksi yang optimal (Sutrisno, 2003:96).
Pada perusahaaan industri, persediaan barang baku merupakan hal yang sangat penting untuk proses produksi, oleh karena itu perusahaan harus dapat menetapkan besarnya persediaan bahan baku yang optimal dan dapat menekan biaya persediaan agar proses produksi tetap bisa berjalan dengan lancar. Maka haruslah diperhatikan berbagai faktor yang terkait dalam pengadaan dan penyimpanan bahan baku. Penentuan dan pengelompokkan biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan persediaan perlu mendapat perhatian yang khusus dari pihak manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat.
Pengendalian persediaan merupakan hal penting bagi perusahaan, karena kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan uang dalam persediaan. Namun tidak berarti akan dapat melenyapkan sama sekali resiko yang timbul akibat adanya persediaan yang terlalu besar dan terlalu kecil, melainkan hanya berusaha mengurangi risiko tersebut. Jadi dalam pengendalian persediaan dapat membantu mengurangi terjadinya risiko menjadi sekecil mungkin.
PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh PT.Sinar Sosro diproduksi di Indonesia.Sampai dengan Tahun 2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar Sosro telah memliki 10 pabrik yang tersebar di beberapa wilayah Nusantara.
Berdiri pada tahun 1974, PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia.Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh PT.Sinar Sosro diproduksi di Indonesia. Sampai dengan Tahun 2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar Sosro telah memliki 10 pabrik yang tersebar di beberapa wilayah Nusantara.
Selain itu, produk PT. Sinar Sosro sudah merambah pasar Internasional dengan upaya mengekspor produk-produk dalam kemasan kotak dan kaleng ke beberapa Negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, sebagian Timur Tengah, Afrika, Australia, dan Amerika.
            Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan minuman ini adalah teh, air, dan gula,. Bahan baku tersebut harus cukup tersedia agar produksi minuman ini tidak terhambat dan permintaan konsumen selalu terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian persediaan agar persediaan bahan baku tersebut tidak kekurangan ataupun kelebihan. Kekurangan maupun kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien, dan berpengaruh terhadap keuntungan atau profit yang akan diterima perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas , maka penulis tertarik untuk memilih judul “Fungsi Pengendalian Persedian terhadap Peningktan Keuntungan atau Profit PT Sinar Sosro”

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa masalah dalam pengendalian perediaan bahan baku adalah menetapkan besarnya persediaan bahan baku dan jadwal pemesanan agar proses produksi berjalan lancer serta biaya pemesanan dan biaya penyimpanan seefisien mungkin. Sehubungan dengan maksud tersebut maka yang akan diteliti oleh penuis adalah:
1.      Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku dalam perencanaan produksi Teh Botol Sosro di PT Sinar Sosro?
2.      Bagaimanakah pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap kelancaran proses produksi ?
3.      Permasalahan-permasalahan yang terjadi jika perusahaan tidak melakukan pengendalian persediaan bahan baku ?
4.      Apa fungsi pengendalian persediaan terhadap peningkatan keuntungan atau profit bagi PT Sinar Sosro?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengendalian persediaan bahan baku minuman teh yang dilakukan oleh
    PT Sinar Sosro
2. Mengetahui pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap kelancaran proses produksi PT Sinar Sosro
3. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi jika PT Sinar Sosro tidak melakukan pengendalian persediaan bahan baku.
4. Mengetahui fungsi pengendalian persedian terhadap peningkatan keuntungan atau profit PT Sinar Sosro

1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari melebarnya bahasan dari tujuan yang ingin diambil, maka dibuat batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1.      Penulisan makalah ini difokuskan pada pengendalian persediaan bahan baku dan persediaan produk Teh Botol Sosro.
2.      Perhitungan dalam makalah ini menggunakan rumus EOQ.
3.      Dalam penulisan makalah ini aspek biaya diabaikan.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teh
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.

2.2 Pengertian Bahan Baku
Menurut Prawirosentono (2001:61), bahan baku (bahan mentah) adalah bahan utama dari suatu produk atau barang, sedangkan bahan baku penolong merupakan bahan yang menolong terciptanya suatu barang. Contohnya kulit binatang merupakan bahan baku utama dari suatu perusahaan pembuat sepatu, sedangkan lem atau paku merupakan bahan penolong. Bahan baku juga dapat diartikan sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi yang jumlahnya sedikit, dan bahan penolong adalah bahanbahan yang tidak masuk dalam ingredient produk tetapi digunakan dalam proses produksi. Contohnya pada industri roti bahan bakunya tepung dan bahan tambahannya adalah ragi (Apriyantono dkk, 2007:10).
Departemen Agama R.I (2003:154) juga menyatakan hal yang sama dengan Apriyantono mengenai arti bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong, tetapi yang sedikit membedakannya adalah contoh dari bahan-bahan tersebut. Menurut Departemen Agama R.I contoh bahan baku dalam industri roti adalah tepung terigu dan lemak (shortenig), sedangkan bahan tambahan dalam industry roti adalah ragi untuk mengembangkan roti dan bahan perasa. Contoh bahan penolong adalah pada industri minuman dalam kemasan digunakan bahan penyaring karbon aktif sebagai bahan penolong dalam proses penghilangan bau (deodorizing).

2.3 Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
Shore (1973) dalam Zulfikarijah (2005:4) mendefinisikan bahwa persediaan sebagai sumberdaya menganggur yang memiliki nilai potensial, definisi tersebut memasukkan perlengkapan dan tenaga kerja yang menganggur sebagai persediaan. Berbeda dengan Margaretha (2004:145) yang menyatakan bahwa persediaan adalah sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap waktu.
Persediaan juga dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang (Herjanto, 2007:237).

2.3.2. Fungsi Persediaan
Tampubolon (2004:190), menyatakan bahwa fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi decoupling merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah. Sebagai contoh; perusahaan manufaktur mobil, skedul perakitan mesin (engine assembly) dipisah dari skedul perakitan tempat duduk.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Fungsi economic lot sizing adalah fungsi perusahaan untuk mengadakan penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang memadai



3. Fungsi Antisipasi
Fungsi antisipasi merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau laveransir.

2.3.3 Jenis Persediaan
Rangkuti (2000:14), menyatakan bahwa jenis persediaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Persediaan bahan mentah (raw material) Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components) Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process) Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods) Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.

2.3.4 Biaya Persediaan
Menurut Tampubolon (2004:194) biaya persediaan terdiri dari:
1.      Biaya penyimpanan (Holding costs atau carrying costs)
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang timbul di dalam menyimpan persediaan, di dalam usaha mengamankan persediaan dari kerusakan, keusangan atau keausan, dan kehilangan. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah sebagai berikut:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya).
b. Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan.
d. Biaya penghitungan fisik.
e. Biaya asuransi persediaan.
f. Biaya pajak persediaan.
g. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs)
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang timbul selama proses pemesanan sampai barang tersebut dapat dikirim pemasok. Biaya-biaya yang termasuk biaya pemesanan adalah sebagai berikut:
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya utang lancar
3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost
Biaya penyiapan merupakan biaya-biaya yang timbul di dalam menyiapkan mesin dan peralatan untuk dipergunakan dalam proses konversi. Biaya-biaya yang termasuk biaya penyiapan adalah sebagai berikut:
a. Biaya mesin-mesin menganggur
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya penjadwalan
d. Biaya ekspedisi
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock out)
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul akibat kehabisan persediaan karena kesalahan perhitungan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan langganan
c. Biaya pemesanan khusus
d. Biaya ekspedisi
e. Selisih harga
f. Terganggunya operasi
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial
2.4 Pengendalian Persediaan
2.4.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Assauri (2004:176) menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan komponen rakitan (parts), bahan baku, dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Menurut Aminudin (2005:146), pengendalian persediaan merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu.
Pengendalian persediaan juga dapat diartikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan t ingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Pengendalian persediaan menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat (Herjanto, 2007:237).

2.4.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Assauri (2004:177) menyatakan bahwa tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk:
1. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan sehingga kegiatan produksi tidak terhenti.
2. Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

2.4.3 Faktor yang menentukan besarnya tingkat persediaan.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat persediaan perlu diketahui guna menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan barang yang optimal. Menurut Muslich (2000:122), faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Biaya persediaan barang (Inventory Costs)
Biaya yang berkaitan dengan pemilikan barang dapat dibedakan ke dalam:
a. Holding atau Carrying Costs, yaitu biaya yang dikeluarkan karena memelihara barang atau opportunity costs karena melakukan investasi dalam barang dan bukan investasi lainnya.
b. Ordering Costs, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang dari supplier.
c. Stock-Out Costs, yaitu biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan.
2. Jumlah permintaan barang oleh pembeli.
Jika permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan berapa kebutuhan barang dalam suatu periode. Kebutuhan barang dalam periode inilah yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan.
3. Lead time.
Lead time adalah lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba.
4. Backlogging.
Backlogging yaitu menunda pemenuhan pesanan dari pembeli.
5. Diskonto.
Dengan menerima diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar total biaya persediaan barang akan berkurang. Tetapi pembelian dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya penyimpanan atau holding costs. Sedangkan 14 pembelian kurang dari jumlah minimum tidak memperoleh diskonto, tetapi biaya pesanan akan meningkat.

Berbeda dengan Prawirosentono (2001:71) yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang menentukan besarnya tingkat persediaan adalah sebagai berikut:
1. Perkiraan pemakaian bahan
Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam suatu periode produksi tertentu.
2. Harga bahan
Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan. Harga bahan ini bila dikalikan dengan jumlah bahan yang diperlukan merupakan kebutuhan modal yang harus disediakan untuk membeli persediaan tersebut.
3. Biaya persediaan
Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan. Adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (biaya order) dan biaya penyimpanan bahan gudang.
4. Waktu menunggu pemesanan (lead time)
Waktu menunggu pemesanan (lead time) adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang. Waktu tenggang ini merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan agar barang/bahan yang dipesan datang tepat pada waktunya.

2.5 Perhitungan Pengendalian Persediaan
Macam-macam perhitungan yang ada di dalam pengendalian persediaan antara lain:
1. EOQ ( Economic Order Quantity )
EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah unit barang atau bahan yang harus dipesan setiap kali mengadakan pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan minimal dan berarti pula jumlah unit pembelian yang optimal (Margaretha, 2004:149).
Kelebihan EOQ (Economic Order Quantity) adalah mudah dalam penggunaannya (Herjanto, 2007:245). EOQ (Economic Order Quantity) digunakan untuk menentukan kuant itas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2000:339). Asumsi-asumsi yang harus diperhatikan dalam penggunaan EOQ (Economic Order Quantity) adalah sebagai berikut (Handoko, 2000:341):
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).
2. Harga per unit produk adalah konstan
3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan
4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan
5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L) adalah konstan.
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”.
2. Safety Stock
Safety Stock adalah persediaan pengaman apabila penggunaan persediaan melebihi dari perkiraan (Rangkuti, 2000:11).
3. Reorder Point
Reorder Point adalah titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan, sehubungan dengan adanya lead time dan safety stock  (Rangkuti, 2000:11).

2.6 Gambaran Umum Perusahaan
2.6.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Tahun 1940 keluarga Sosrodjojo memulai bisnisnya, produk yang dijual saat itu adalah teh kering dengan merk Teh Cap Botol yang dipasarkan di Jawa Tengah.Tahun 1953 usahanya diperluas hingga ke ibukota Jakarta. Perjalanan memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi cicip rasa (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta.
Awalnya, datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Tetapi cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu.
Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa, sebagian besar tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar. Hal ini disebabkan pada saat tersebut jalanan di kota Jakarta masih berlubang dan belum sebagus sekarang.


Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya.
Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO yang merupakanpabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.
Seiring dengan perkembangan bisnis perusahaan, maka sejak Tanggal 27 November 2004, PT SINAR SOSRO dan PT GUNUNG SLAMAT bernaung dibawah perusahaan induk (holding company) yakni PT ANGGADA PUTRA REKSO MULIA (Grup Rekso).

2.6.2 Visi dan Misi Perusahaan.
1.      VISI :
PT Sinar Sosro sebagai perusahaan besar dan pemimpin pasar di industri minuman teh siap saji memiliki suatu visi besar untuk kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang, yaitu menjadi total beverage companymenjadi perusahaan minuman yang dapat melepaskan dahaga konsumen kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua pihak yang terkait.
2.      MISI :
Misi suatu perusahaan adalah tujuan atau (purpose) yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan yang lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasinya. Secara ringkas, misi menguraikan produk, pasar dan bidang teknologi yang digarap perusahaan yang mencerminkan prioritas dari pengambilan keputusan strateginya.
Misi yang ingin dicapai oleh PT Sinar Sosro adalah :
1.      Membangun merek sosro sebagai merek yang alami, berkualitas dan unggul.
2.      Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh maupun non teh dan menjadikan pemimpin pasar.
3.      Memimpin dan membangun jaringan distribusi.
4.      Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang dalam volume penjualan maupun menciptakan lapangan pelanggan.
5.      Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin sesuai dengan nilai-nilai utama perusahaan.
6.      Memberikan kepuasan kepada para pelanggan,
7.      Menyumbang devisa Negara

2.6.3 Struktur Organisasi Perusahaan.
Struktur organisasi PT Sinar Sosro berbentuk gabungan lini dan fungsional, dimana kebijakan dan wewenang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pimpinan setiap departemen dapat memberikan perintah kepada semua staf dan anggota yang ada sesuai dengan bidang kerjanya. Struktur organisasi ini dibuat perusahaan agar koordinasi dari masing-masing bagian berjalan lancar dan mempermudah pegendalian, sehingga kesatuan akivitas perusahaan dapat lebih terarah dan dapat mempermudah pencapaian tujuan perusahaan. Bagan struktur PT Sinar Sosro :








2.7 Produksi Teh
2.7.1 Penyediaan Bahan-bahan untuk Pembuatan Teh
Bahan baku pembuatan Teh Botol Sosro Sendiri adalah sebagai berikut :
1.   TEH
Bahan baku teh untuk produk-produk PT. SINAR SOSRO disuplai oleh PT. GUNUNG SLAMAT, sedangkan bahan baku teh tersebut dikelolah oleh PT. AGRO PANGAN selaku sister company. Bahan baku teh untuk PT. Sinar Sosro berasal dari:
• Perkebunan Teh Gunung Rosa di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Manik di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Cempaka di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Satria di Garut
• Perkebunan Teh Daerah Neglasari di Garut
• Perkebunan Teh Daerah Cukul di Pangalengan
• Perkebunan Teh Daerah Sambawa di Tasikmalaya


2. AIR
Bahan Baku air sendiri diperoleh dari dalam negeri yaitu dibawah tanggung jawab dari REKSO (Holding Company) sebagai induk perusahaan yang berkedudukan di Jakarta.Dimana didalam memenuhi bahan baku ini pihak dari REKSO bekerjasama dengan para supplier air yang ada didalam negeri.
3.      Gula Industri
Bahan baku gula industri sendiri didapatkan dari supplier dari luar negeri, gula yang dimaksud disini adalah gula industri yang memiliki kualitas yang sangat tinggi dimana pihak dari PT.Sinar Sosro sangat memperhatikan kualitas dari produknya dan gula industri merupakan jawabanya, karena gula ini beda dengan gula seperti yang biasanya,gula industri ini memiliki rasa sensitivitas yang tinggi, yaitu apabila gula ini digunakan lebih dalam takaran didalam pembuatan Teh Botol Sosro maka rasa yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.Oleh karena itu pihak dari PT.Sinar Sosro sangat memprioritaskan kualitas.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perlunya Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku di dalam perusahaan adalah hal yang sangat wajar untuk dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan yang menghasilkan produk (perusahaan-perusahaan yang menyelenggarakan proses produksi) akan memerlukan persediaan bahan baku. Baik disengaja maupun tidak disengaja, baik perusahaan tersebut perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar. Namun demikian, cara penyelenggaran persediaan bahan baku ini akan berbeda-beda untuk setiap perusahaan-perusahaan tersebut, baik dalam hal jumlah unit dari persediaan bahan baku yang ada di dalam perusahaan, maupun manajemen ataupun pengelolaan dari persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Pada umumnya, bagi perusahaan besar dan sebagian dari perusahaan menengah, persediaan bahan baku ini akan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Persiapan-persiapan untuk mengadakan penyelenggaraan persediaan bahan baku ini akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga persediaan bahan baku yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan akan benar-benar dapat menunjang pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan dengan seefisien mungkin. Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku akan diusahakan agar bahan baku yang ada di dalam perusahaan akan dapat mempunyai biaya persediaan yang serendah mungkin.
Apapun keadaan suatu perusahaan pada prinsipnya seluruh perusahaan-perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Beberapa hal yang menyebabkan perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan baku antara lain sebagai berikut :
a.       Bahan baku yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dari perusahaan tidak akan dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan serta pada saat bahan tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan. Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam suatu jumlah unit tertentu, dimana jumlah tersebut akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan dalam beberapa waktu tertentu pula ( misalnya beberapa hari, minggu, bulan dan lain sebagainya). Dengan keadaan semacam ini maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan dalam perusahaan namun belum dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi akan dianggap sebagai persediaan bahan baku.
b.      Apabila terdapat keadaan bahwa bahan baku yang diperlukan tidak ada di dalam perusahaan atau tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan untuk didatangkan ke dalam perusahaan belum datang, maka pelaksanaan kegiatan proses produksi akan terganggu karenanya. Ketiadaan bahan baku dalam perusahaan ini akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi, terutama pada mesin dan peralatan produksi yang langsung memproses bahan baku tersebut. Di dalam waktu berikutnya maka mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk tahap-tahap proses kedua, ketiga dan seterusnya juga akan mengalami kemacetan karena tahap pertama yang lansung mengolah bahan baku tersebut tidak mempunyai keluaran lagi. Proses produksi akan dapat berjalan lancar kembali apabila bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan tersebut sudah tersedia untuk diproses. Pengadaan bahan baku dalam keadaan tersebut dapat saja terjadi apabila bahan baku yang dipesan perusahaan datang atau perusahaan yang bersangkutan mengadakan pembelian kepada penjual atau leveransir bahan baku lain, atau mengadakan pembelian mendadak dengan jumlah yang lebih kecil. Cara ini bisa dilaksanakan dengan jalur keadaan normal tersebut tentunya tidak akan menambah keuntungan perusahaan melainkan akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
c.       Untuk menghindarkan diri dari keadaan kekurangan bahan baku tersebut, manajemen perusahaan dapat saja memutuskan untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku di dalam jumlah unit yang cukup banyak. Namun demikian, persediaan bahan baku yang cukup besar dalam suatu perusahaan akan membawa berbagai macam akibat yang akan merugikan perusahaan pula. Persediaaan bahan baku yang diselengarakan di dalam jumlah yang cukup besar akan mengakibatkan terjadinya biaya-biaya persediaan bahan yang besar pula. Besarnya biaya persediaan akan mengurangi keuntungan yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan. serta risiko kerusakan bahan akan semakin tinggi.
Sehingga, bisa disimpulkan bahwa penyelenggaraan kegiatan operasi dari perusahaan pada umumnya tidaklah mungkin terlaksana apabila perusahaan yang bersangkutan tidak mempunyai persediaan bahan baku. Namun, persediaan bahan baku yang terlalu besar maupun dalam jumlah yang sekecil-kecilnya masing-masing akan tetap menjadi factor kerugian di dalam perusahaan. Sehingga, pengendalian persediaan bahan baku dalam perusahaan memang penting dilakukan.

3.2 Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Teh Pada PT Sinar Sosro
Saat ini PT Sinar Sosro  melakukan pengendalian persediaan bahan baku teh dengan adanya persediaan minimal di gudang sebesar 40 persen dari kebutuhan bahan baku dalam tempo waktu sebulan. Selain itu PT Sinar Sosro juga juga telah menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok bahan baku, sehingga kebutuhan bahan baku pembuatan minuman teh akan terus terpenuhi. Frekuensi pemesanan bahan baku dalam setahun dilakukan sebanyak 12 kali untuk air dan teh, sedangkan untuk gula dilakukan sebanyak sebanyak 24 kali.

3.3                 Beberapa Kerugian yang akan Dapat Diderita oleh PT Sinar Sosro Sehubungan dengan Penyelenggaraan Persediaan Bahan Baku yang Terlalu Besar antara lain:
a.          Biaya penyimpanan atau pergudangan yang akan menjadi tanggungan perusahaan menjadi semakin besar. Biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan oleh PT SInar Sosro tidak hanya sewa gudang atau pemeliharaan gudang saja, melainkan akan mencakup beberapa aspek lain.
b.         Penyelenggaraan persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berarti harus mempersiapkan dana yang cukup besar pula untuk mengadakan pembelian bahan. Dengan semakin besarnya jumlah unit bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan berarti dana yang terikat di dalam investasi bahan baku tersebut menjadi semakin besar pula.
c.          Tingginya biaya penyimpanan yang ada di dalam perusahaan serta investasi di dalam persediaan bahan baku dari perusahaan akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk pembiayaan dan investasi dalam bidang-bidang yang lain. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa jumlah unit perseidaan bahan baku yang terlalu tinggi justru akan menjadi penghalang dari kemajuan bagi perusahaan.
d.         Apabila persediaan bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan yang bersangkutan mengalami kerusakan atau mempunyai perubahan-peruabahan kimiawi sehingga tidak dapat dipergunakan, maka kerugian perusahaan akan menjadi semakin besar dengan semakin besarnya jumlah unit bahan baku yang disimpan dalam perusahaan.
e.        Apabila PT Sinar Sosro mempunyai persediaan bahan baku yang sangat besar, maka terjadinya penurunan harga pasar akan merupakan suatu kerugian yang tidak sedikit di dalam perusahaan. Walaupun di dalam hal ini dapat saja terjadi kenaikan harga pasar dari bahan tersebut, dimana hal ini dapat menguntungkan bagi perusahaan.

3.4 Beberapa Kelemahan apabila PT Sinar Sosro Menyelengarakan Persediaan   Bahan Baku dalam Jumlah Unit yang Sedikit atau Kecil antara lain:
a.          Persediaan bahan baku dalam jumlah yang kecil kadang-kadang tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan untuk pelaksanaan proses produksi. Untuk menjaga kelangsungan palaksanaan proses produksi maka pada umumnya manajemen perusahaan akan mengadakan pembelian dalam jumlah yang mendadak, sehingga harga beli dari bahan baku terebut menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pembelian normal. Apabila hal ini terus berlangsung dalam jangka lama maka kemungkinan akan sangat merugikan perusahaan.
b.         Apabila perusahaan seringkali kehabisan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksinya, maka pelaksanaan proses prosuksi dalam perusahaan tidak dapat berjalan lancar. Sebagai akibatnya adalah kualitas dan kuantitaas dari produk akhir yang dihasilkan perusahaan menjadi sering berubah pula. Demikian pula dengan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan pada tahap pertama proses  dimana bahan baku tersebut masuk proses akan mengalami penggunaan yang tidak teratur, karena sering terjadinya ketiasaan bahan baku dalam perusahaan. sebagai akibat penggunaan mesin dan peralatan proses produksi yang tidak teratur maka umur ekonomis dari mesin dan  peralatan peroduksi tersebut akan menjadi berkurang, sedangkan produktivitas mesin dan perlatan prosuksi ini menjadi semakin rendah.
c.         Persediaan bahan baku dalam perusahaan rata-rata jumlah unitnya relative kecil akan mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku akan menjadi semakin besar. Seiring dengan bertambahnya besar frekuensi pembelian bahan baku dalam perusahaan tersebut, maka biaya pemesanan bahan baku untuk perusahaan menjadi semakin tinggi pula.
Dengan melihat beberapa kelemahan di atas, maka kiranya cukup jelas bahwa semua jenis bahan baku dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan haruslah diselenggarakan persediaannya sehingga, proses produksi tidak akan terganggu karena kehabisan bahan baku.

3.5   Fungsi pengendalian persediaan terhadap peningkatan keuntungan atau profit PT Sinar Sosro.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa diantara pengendalian persediaan dan peningkatan keuntungan atau profit berhubungan sangatlah erat. Pengendaian persediaan sangatlah penting demi kelancaran proses produksi. Pengendalian persediaan ini dimaksud agar bahan baku tidak berlebih maupun kurang. Yang mana apabila proses produksi berjalan lancar, perusahaan (PT Sinar Sosro) tidak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk proses produksi, selain itu juga apabila proses produksi berjalan dengan lancar dapa memenuhi permintaan pasar. Dengan terpenuhinya permintaan pasar tersebut, dapat meningkatkan keuntungan atau profit untuk perusahaan.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penyelenggaraan persediaan bahan baku dalam hal ini pengendalian bahan baku sangatlah penting demi kelancaran proses produksi. Dikarenakan bahan baku merupakan unsur produksi yang sangat penting maka keberadaan persediaaan bahan baku termasuk pengendalinnya harus diperhatikan. Tidak boleh berlebih dan berkurang. Sebab, dengan persediaan bahan baku yang berlebih menimbulkan biaya yang besar yang dalam hal ini akan mengurangi keuntungan atau profit  perusahaan. Begitu juga dengan persediaan bahan baku yang kurang selain akan menghambat proses produksi juga kemungkinan akan menimbulkan biaya pembelian bahan akan membesar. Dikarenakan pembelian tidak dilakukan secara normal yaitu lebih mahal dari harga normalnya. Sehingga, hal ini juga akan menimbulkan biaya yang lebih besar dan mengurangi keuntungan atau profit perusahaan.

4.2 Saran
Sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan bahan baku hendaknya tiap manajemen perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil kiranya mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini agar proses produksi dapat berjalan lancar dan pencapaian tujuan perusahaan khususnya keuntungan atau profit bisa tercapai. Yaitu:
a.  Berapa besarnya jumlah unit persediaan bahan baku yang akan diselenggarakan dalam   perusahaan.
b.    Kapan dan berapa jumlah unit bahan baku akan dibeli oleh perusahaan.
c.    Kapan perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengadakan pembelian kembali, apabila  persediaan bahan baku dalam perusahaan dirasakan sudah habis.
Jika hal di atas telah dipertimbangkan maka kemungkinan risiko yang muncul akan berkurang bahkan bisa hilang termasuk proses produksi bisa berjalan lancar dan perolehan laba yang maksimal.





Daftar Pustaka






Tidak ada komentar:

Posting Komentar